Tulisan Stephanus Ivan Goenawan yaitu Penemu Metris pada Kompas, 17.06.2009 menarik untuk kita ketahui bersama. Kita semua akrab dengan pengajaran berhitung yang diajarkan di sekolah selama ini, meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian ; jika dilihat dari proses hitungnya, semua dilakukan secara vertikal. Metode berhitung secara terstruktur ini disebut juga metode hitung tradisional. Disebut demikian sebab metode hitung ini telah digunakan secara berabad-abad.
Nah, Ivan Goenawan memperkenalkan cara berhitung baru yaitu yang ia sebut pengajaran berhitung terstru
ktur secara horizontal, sebagai penyempurnaan cara hitung vertikal atau tradisional, dengan alasan yaitu :
ktur secara horizontal, sebagai penyempurnaan cara hitung vertikal atau tradisional, dengan alasan yaitu :
Pertama. Konsep asosiasi, tempat satuan, puluhan, ratusan, ribuan dan seterusnya dalam metode tradisional untuk menyelesaikan proses hitung penjumlahan atau pengurangan tentu saja sudah ada, akan tetapi penekanannya kurang karena pemisahan nilai antara satuan, puluhan, ratusan dan seterusnya tidak ditandai secara tegas dengan suatu notasi pemisah. Sedangkan pada metode horizontal konsep asosiasi nilai secara tegas dipisah dengan notasi pagar. Dengan adanya notasi pagar maka nilai tempat satuan, puluhan (|), ratusan (||) dan seterusnya menjadi lebih mudah dipahami dan dibayangkan.
Kedua. Proses hitung perkalian melalui cara horizontal ternyata dapat menciptakan pola-pola khusus yang disebut sebagai portal atau pola horizontal, yang akan membuat proses perkalian menjadi lebih cepat dibandingkan dengan cara tradisional. Misal kuadrat bilangan 85 bila dikerjakan dengan metode horizontal adalah sebagai berikut : 8x(8+1)||25=72||25, atau hasilnya terbilang adalah tujuh ribu dua ratus dua puluh lima. Selain itu cara horizontal ini merupakan pengajaran perantara yang baik dari cara berhitung tradisional untuk masuk ke bidang aljabar.
Aljabar merupakan cabang matematika dengan tanda-tanda dan huruf-huruf untuk menggambarkan atau mewakili angka-angka (KBBI). Dengan cara horizontal, khususnya penyelesaian perkalian dengan portal, siswa dapat dituntun mengenal nilai variabel. Pengetahuan ini adalah fondasi dasar memahami sebuah persamaan atau fungsi dalam ilmu aljabar. Misalkan portal kuadrat a5 adalah ax(a+1)||25, dimana contoh soalnya seperti yang dipaparkan diatas.
Maka kemampuan siswa mengenal keteraturan pola angka juga dapat dikembangkan melalui portal-portal metode horizontal. Dengan kemampuan ini metode horizontal mampu menciptakan creative human calculator – siswa mampu melakukan perhitungan perkalian melebihi kemampuan kalkulator 12 digit. Kemampuan ini bukan lagi merupakan bakat sejak lahir (gifted), tetapi dapat dipelajari melalui metris sehingga potensi kreatifitas siswa dalam berhitung kian terasah. Hal ini bisa disaksikan dalam Olimpiade Kreativitas Angka (OKA) II pada tanggal 14.11.2009 di Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta,
Ketiga. Dalam proses perhitungan pembagian dengan cara tradisional, mencari hasil akhir dilakukan dengan serial mencari hasil sementara secara bertahap. Hasil sementara itu bila dikalikan dengan bilangan pembagi harus lebih kecil atau sama dengan pembilangnya. Bila perhitungan dilakukan dengan cara horizontal, aturannya akan lebih umum sehingga bisa lebih cepat mencapai hasil akhir.
Ketiga alasan ini menjelaskan mengapa pembagian cara horizontal adalah penyempurnaan cara tradisional. Hasil sementara proses perhitungan pembagian metris bila dikalikan dengan bilangan pembagi boleh lebih kecil, lebih besar atau sama dengan pembilangnya karena dasar pemilihan sementara adalah selisih terkecil-pembilang dikurangi perkalian antara hasil sementara dengan bilangan pembagi. Selisih itu bernilai positif atau negatif . Oleh karena konsepnya menggunakan selisih terkecil, cara horizontal mampu memperoleh hasil akhir lebih cepat karena lebih cepat konvergen (Metris : Pembagian Ajaib, Grassindo).
Kita sepakat, berhitung merupakan ilmu dasar dan pintu gerbang mempelajari ilmu pengetahuan lain. Oleh karena itu, agar pendidikan di Indonesia dapat mengejar ketertinggalan bahkan menjadi lebih unggul daripada bangsa lain. Indonesia mesti mengembangkan metode pengajaran yang kreatif dan inovatif secara mandiri.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus